CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

28 Juli 2009

Teknologi 3,5 G, Sebuah Ambivalensi

Segala hal yang ada di dunia hadir dengan kompleksitas dimensinya. Ilmu pengetahuan (logos) dianggap sebagai satu hal yang paling solutif untuk menyelesaikan segala persoalan kemanuisan. Termasuk teknologi. Einstein tak pernah berpikir kalau penemuannya akhirnya digunakan untuk meledakkan Jakarta beberapa hari yang lalu.Ya begitulah, semuanya hadir secara ambivalen. Baik dan buruk, hitam dan putih. Mungkin tak mutlak, karena pasti ada sisi yang abu-abu.

Salah satu teknologi komunikasi yang sedang mulai banyak di implementasikan, khususnya di Indonesia adalah teknologi wireless 3G (Third Generation) atau generasi ketiga untuk komunikasi selular. Seperti baru berapa detik yang lalu kita mendengar istilah 3 G. Di detik ini kita sudah ditawari fitur yang lebih canggih. 3, 5 G. Apakah itu? 3,5 G atau yang sering disebut juga super 3G merupakan upgrade dari teknologi 3G, terutama dalam peningkatan kecepatan transfer data yang lebih dari teknologi 3G (>2Mbps) sehingga dapat melayani komunikasi multimedia seperti akses internet dan bertukar data video (video sharing).

Teknologi ini merupakan penyempurnaan teknologi sebelumnya dengan menutupi semua keterbatasan 3G. Contohnya layanan panggilan video 3,5G mengalami penyempurnaan dengan meniadakan penundaan suara maupun penundaan pada tayangan wajah lawan bicara di layar ponsel (yang sering terjadi pada 3G), sehingga melakukan panggilan video (video call) melalui jaringan 3,5G jauh lebih terkesan hidup.

Kehadiran 3 G saja sudah cukup mampu menarik perhatian masyarakat luas. Apalagi 3,5 G yang mempunyai kelebihan fasilitas yang cukup menggiurkan bagi kalangan penggila teknologi. Pasti akan sangat menarik perhatian masyarakat luas, dari berbagai kalangan, bahkan kalangan menengah ke bawah, seperti halnya 3 G. Terkesan naïf memang, namun begitulah kenyataannya. Orang tidak akan segan-segan mengeluarkan banyak uang hanya untuk membeli HP 3,5G.

Kehadiran fasilitas 3,5 G pada akhirnya bukan menjadi kebutuhan, melainkan menjadi bagian dari trend, gengsi dan media pencitraan bahwa penggunanya adalah orang yang modern, tidak gagap teknologi dan selalu mengikuti perkembangan zaman, bahkan mungkin akan menjadi tolak ukur kekayaan seseorang.

Bila dimiliki oleh orang yang tidak bertanggung jawab, fasilitas yang ada sangat mungkin dijadikan media untuk melakukan aktivitas immoral misalnya, mendownload dan mengupload gambar porno, video porno, melakukukan pelecehan, kebohongan-kebohongan atau berbagai tindakan lain yang mungkin mengarah kea rah yang lebih tidak bermoral dan kriminal.

Semakin canggih alat komunikasi jarak menjadi semakin dekat dan waktu seolah semakin singkat dan merapat. Tapi sadarkah kita, bahwa ruang publik yang nyata telah semakin sempit. Kita kehilangan ruang bermain karena kita lebih sibuk iseng mengirim sms pada teman atau pacar.

Kita telah banyak kehilangan sisi sosial dan kepekaan sosial, karena kita lebih memilih beraktivitas dan berinteraksi di ruang-ruang semu. Disadari atau tidak, blog, email, facebook, dll. Memberi ruang katarsis semu. Berkorelasi kuat untuk membunuh budaya tatap muka.

Tanpa bermaksud bersikap dan membaca secara pragmatis. Di Indonesia konsumsi terhadap teknologi cukup tinggi. Mungkin memang layak kalau bangsa kita disebut sebagai bangsa konsumen. Sayangnya dari berbagai jenis teknologi yang masuk ke Indonesia banyak yang tidak dipahami dan digunakan sebagai sebuah media untuk memberikan kemudahan dan dimanfaatkan dan dikontrol secara optimal. Tapi justru sebaliknya Hari ini teknologi di sekitar kita malah yang mengontrol dan mengendalikan pemakainya. Hati-hatilah dengan 3, 5 anda.

Keunggulan CDMA dibanding GSM

Banyak yang mengatakan bahwa pada dasarnya CDMA lebih baik daripada GSM. Benarkah? Jangan langsung percaya dengan iklan dan promosi. Karena tak ada satu provider pun yang mengatakan bahwa produknya adalah produk kelas kedua. Perlu pembuktian lebih jauh tentunya.

Menurut sejarah awalnya, CDMA (Code Division Multiple Access) merupakan teknologi militer yang digunakan pertama kali pada Perang Dunia II oleh sekutu Inggris untuk menggagalkan usaha Jerman mengganggu transmisi mereka. Sekutu memutuskan untuk mentransmisikan tidak hanya pada satu frekuensi, namun pada beberapa frekuensi. Hal ini menyulitkan Jerman untuk menangkap sinyal yang lengkap.

CDMA adalah sebuah bentuk pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode akses secara bersama yang membagi kanal tidak berdasarkan waktu (seperti pada TDMA) atau frekuensi (seperti pada FDMA), namun dengan cara mengkodekan data dengan sebuah kode khusus yang diasosiasikan dengan tiap kanal yang ada dan menggunakan sifat-sifat interferensi konstruktif dari kode-kode khusus itu untuk melakukan pemultipleksan.

CDMA (Code Division Multiple Access) sendiri merupakan metode yang paling menarik. Sistem ini tak punya saluran, tapi mengubah setiap panggilan menjadi kode-kode unik. Pada akhir penerimaan sinyal, informasi dari urutan kode dikirimkan dan memungkinkan sinyal dapat diekstrak dan direkonstruksi kembali.

Kehadiran CDMA ( Code Division Multiple Access ) diperkirakan dapat menggantikan peran GSM ( Global System for Communications ) dalam sistem komunikasi manusia. Mungkinkah demikian? Mari coba kita bandingkan dengan GSM.

GSM (Global System for Mobile Communications). Teknologi yang berbasis Time Division Multiple Access (TDMA) ini adalah sebuah teknologi digital yang memecah-mecah transmisi menjadi paket (burst) lebih kecil berdasarkan waktu dan menyusun kembali informasi-informasi tersebut pada saat penerimaan sehingga bisa dipahami oleh penggunanya.

GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European Telecomunication Standard Institute). Pengoperasian GSM secara komersil baru dapat dimulai pada awal kuartal terakhir 1992 karena GSM merupakan teknologi yang kompleks dan butuh pengkajian yang mendalam untuk bisa dijadikan standar. Pada September 1992, standar type approval untuk handphone disepakati dengan mempertimbangkan dan memasukkan puluhan item pengujian dalam memproduksi GSM. Pada awal pengoperasiannya, GSM telah mengantisipasi perkembangan jumlah penggunanya yang sangat pesat dan arah pelayanan per area yang tinggi, sehingga arah perkembangan teknologi GSM adalah DCS (Digital Cellular System) pada alokasi frekuensi 1800 Mhz. Dengan frekuensi tersebut, akan dicapai kapasitas pelanggan yang semakin besar per satuan sel.

Selain itu, dengan luas sel yang semakin kecil akan dapat menurunkan kekuatan daya pancar handphone, sehingga bahaya radiasi yang timbul terhadap organ kepala akan dapat di kurangi. Pemakaian GSM kemudian meluas ke Asia dan Amerika, termasuk Indonesia. Indonesia awalnya menggunakan sistem telepon selular analog yang bernama AMPS (Advances Mobile Phone System) dan NMT (Nordic Mobile Telephone). Namun dengan hadir dan dijadikannnya standar sistem komunikasi selular membuat sistem analog perlahan menghilang, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di Eropa. Pengguna GSM pun semakin lama semakin bertambah. Pada akhir tahun 2005, pelanggan GSM di dunia telah mencapai 1,5 triliun pelanggan. Akhirnya GSM tumbuh dan berkembang sebagai sistem telekomunikasi seluler yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.

Keuntungan penggunaan CDMA adalah, di mana dalam penggunaannya hanya membutuhkan satu radio yang dibutuhkan untuk beberapa sektor, tidak membutuhkan equalizer untuk mengatasi gangguan spektrum sinyal dapat bergabung dengan metode akses lainnya, tidak membutuhkan penghitung waktu (guard time) untuk melihat rentang waktu dan penjaga pita (guard band) untuk menjaga intervensi antarkanal, tidak membutuhkan alokasi dan pengelolaan frekuensi memiliki kapasitas yang halus untuk membatasi para pengguna akses memiliki proteksi dari proses penyadapan. Seperti dikatakan oleh Pak Panda dalam salah satu forum, bahwa bila kita menggunakan GSM, pada waktu kita menggunakannya, maka seluruh dunia telah mengetahui data kita. Bahkan bisa berbagai hal yang kita lakukan.


Dapat kita cermati, bahwa pada dasarnya CDMA lebih menguntungkan daripada menggunakan GSM, sehubungan dengan efisiensi dan efektivitas penggunaan, hingga keamanan dan kerahasiannya yang lebih terjamin. Dari hal ini sangat memungkinkan CDMA mempunyai peluang besar untuk menggantikan positioning produk GSM.